Posts Tagged ‘ karbonat ’

Klasifikasi mutu batubara


Mutu (grade) adalah : nilai keadaan sesuatu berdasarkan sifat fisik, kimia dan mekanik. Khusus untuk batu bara, mutu atau kualitas ditentukan dari dua faktor utama, yaitu jenis (type) peringkat (rank) batu bara tersebut.

 jenis (type) batu bara

·  Ditentukan dari komponen /komposisi batu bara yang trdiri dari maseral (vitrinit, liptinit dan inertinit) dan mineral pembentuk seperti : lempung, sulfida, silika dan karbonat.

·  Dipengaruhi oleh jenis tumbuhan pembentuk dan lingkungan pengewndapan dimana bati bara tersebut terdapat. Dalam perkembangannya, berlangsung proses kimia dan biokimia.]

 Peringkat batubara

·   Berhubungan erat dengan tingkat pematangan batu bara  ( pembatubaraan /coalification).

·   Dipengaruhi oleh salah satu atau gabungna dari temperatur, tekanan dan waktu. selama perkembangannya,  hanya terjadi proses fisika berupa pemadatan.

·    Parameter yang u8mu dipergunakan untuk menentukan  peringkat  batubara antara lain adalah nilai kalor, kandungan air, karbon total dan reflektansi vitrinit.

Komponen penentuan kualitas batubara

A·  Kimia

–          Proksimat: kadar air, abu, zat terbang, karbon terlambat

–          Ultimat: karbon, hidrogen, nitrotgen,sulfur,oksigen

–          Nilai kalor

–          Komposisi Abu

–          Titik  leleh abu

B·  Fisik

–          True spesicif graviti

–          Hardgrove grindability index

–          Free swelling index

–          Gray king

Nilai kalor

Energi yang diperoleh pada proses pembakaran batubara dia akibatkan oleh terjadinya reaksi  eksotermis dari senyawa hidrokarbon dengan oksingen.Material lain yang akan mengalami proses perubahan kimia pada proses pembakaran adalah nitrogen,sulfur dan mineral yang terkandung dadlam batubara.Namun reaksi kimia dari komponene-kompenen terseabut bersifat endotermis sehingga akan mengulangi jumlah total energi yang tersedia.

MASERAL

Maseral merupakan komponen dasar dari batubara(sama dengan mineral-mineral dalam batuan anorganik). Maseral diklasifikasikan menjadi 3 grup yaitu : Vitrinit,lictinit dan inertinit

–   Vitrinit berasal dari jaringan kayu dan kulit kayu, dibawah mikroskop cahaya tembus berwarna merah  orange,dib awah cahaya pantul berwarana abu-abu

–     Liptinit berasal dari senyawa yang bersifat resin/berlemak (kulit ari,spora dan tepung sari,ganggang). Berwarna kuning-kuning muda dalam acahaya tembus dan abu-abu dalam acahaya panytul

–     Inertinit berasal dari perubahan kayu dan jaringan2 lainnya,berwarna coklat dalam cahaya tembus dan abu2 muda dalam cahaya pantul.

   MINERAL PEMBENTUK/PENGOTOR

·         Mineral pembentuk/Pengotor dalam batuabara terdapat sbg butiran halus yg menyebar maupun seabagai butiran kasar,dapat dikelompokkan menjadi 3 grup:

–          Mineral yg terdapat dalam sel tanaman

–          Mineral utama yg terbentuk selama atau segera setelah pengendapan batubara

–          Mineral yang  terbentuk setelah  pengendapan batubara

Mineral pembentuk pengotor terdiri dari lempung,karbonat, sulfida besi dan selikat. Mineral lempung paling banyak, 60-80% berupa kaolinit,illit dan smetiktit.Karbonat diantaranya berupa siderit,kalsit,ankerit dan dolomit.Sulfida besi didominasi oleh pirit,markasit dan melnikovit.Mineral kuarsa terdapat dalam jumlah kecil.

Petrografi batubara adalah sesuatu ilmu yang mempelajari komponen2 organik dan anorganik pembentuk batubara,asal mula dan riwayat pembentukan batubara menurut ilmu geologi dan karakteristiknya.

Alat yang digunakan untuk mempelajari petrogarafi batubara adalah mikrosko elektron( Scanning Electron microscope)

Mineral Ikutan Pembentukan Batubara


Batubara dapat tersusun atas bahan-bahan organik dan non organik, dengan kandungan bahan organik pada batubara dapat mencapai lebih dari 75 %. Bahan organik ini disebut maseral (maceral) yang berasal dari sisa tumbuhan dan telah mengalami berbagai tingkat dekomposisi serta perubahan sifat fisik dan kimia baik sebelum ataupun sesudah tertutup oleh lapisan di atasnya, sedangkan bahan anorganik disebut mineral atau mineral matter. Kehadiran mineral dalam jumlah tertentu akan mempengaruhi kualitas batubara terutama parameter abu, sulfur dan nilai panas sehingga dapat membatasi penggunaan batubara. Keterdapatan mineral dalam batubara bermanfaat dalam mempelajari genesa (Finkelman, 1993).

GambarMineral atau mineral matter pada batubara dapat diartikan sebagai mineral-mineral dan material organik lainnya yang berasosiasi dengan batubara (Ward, 1986). Secara keseluruhan mancakup tiga golongan material yaitu :

  1. Mineral dalam bentuk partikel diskrit dan kristalin pada batubara.
  2. Unsur atau senyawa dan biasanya tidak termasuk unsur nitrogen dan sulfur.
  3. Senyawa anorganik yang larut dalam air pori batubara dan air permukaan

Mineral matter pada batubara dapat berasal dari unsur anorganik pada tumbuh-tumbuhan pembentuk batubara atau disebut inherent mineral serta mineral yang berasal dari luar rawa atau endapan kemudian ditransport ke dalam cekungan pengendapan batubara melalui air atau angin dan disebut extraneous atau adventitious mineral matter (Falcon dan Snyman, 1986; Speight, 1994).

Berdasarkan atas kelimpahannya, maka mineral-mineral pada batubara dapat dibedakan atas : mineral utama (major minerals), mineral tambahan (minor minerals) dan mineral jejak (trace minerals). Ranton (1982) menggolongkan mineral utama jika kadarnya > 10 % berat, mineral tambahan 1-10 % dan mineral jejak , 1 % berat. Umumnya yang termasuk mineral utama adalah mineral lempung dan kuarsa sedangkan mineral minor yang umum adalah karbonat, sulfida dan sulfat.

 Klasifikasi mineral yang terdapat pada batubara ditinjau dari segi genetis selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 

1. Mineral Lempung (Clay)

Mineral ini merupakan kelompok yang palaing dominan dijumpai pada batubara, sekitar 60-80 % dari total mineral matter. Umumnya terdapat sebagai mineral primer yang terbentuk akibat adanya aksi air atau angin yang membawa       material detrital ke dalam cekungan pengendapan batubara. Distribusi mineral lempung dalam batubara dikendalikan oleh kondisi kimia rawa (Bustin, 1989). Spesies mineral lempung yang umum terdapat dalam batubara adalah kaolinite, illite dan montmorilonit. Kaolinit umumnya terdapat dalam batubara secara syngenetic yang terkonsentrasi pada bidang perlapisan, tersebar pada vitrinit sebagai pengisi rekahan dan lainnya berbentuk speris. Sedangkan illite biasanya lebih banyak terdapat pada batubara dengan lapisan penutup (roof) batuan sedimen marin.

Mineral lempung yang terbentuk pada fase ke dua (secondary), umumnya dihasilkan oleh adanya transformasi dari lempung fase pertama. Bila kedalaman penimbunan bertambah, maka proporsi kaolinit berkurang sedangkan illite bertambah. Asosiasi mineral lempung pada lapisan batubara berupa inklusi halus yang tersebar dan sebagai pita-pita lempung (tonstein).

2.  Kuarsa

Kuarsa (SiO2) adalah salah satu mineral oksida yang paling penting terdapat dalam batubara (Tylor et al, 1998). Ada dua tipe kuarsa yang dapat dibedakan berdasarkan teksturnya yaitu : butiran kuarsa klastik berbentuk bulat jika terendapkan melalui media air dan berbentukmenyudut jika melalui media angin. Sedangkan tipe lainnya adalah kuarsa kristal halus yang terbentuk dari larutan setelah pengendapan batubara. Kebanyakan merupakan silika yang terlarut dari hasil pelapukan felspar dan mika. Kuarsa merupakan mineral syngenetic dan jarang ditemukan sebagai epigenetic (Ranton, 1982).

Gambar3.  Karbonat

Terdapat 4 (empat) spesies mineral karbonat yang biasa ditemukan dalam batubara yaitu : kalsit (CaCO3), siderit (FeCO3), dolomit (Ca, Mg) CO3 dan ankerit (CaMgFe)CO3. Mineral-mineral ini dapat terbentuk baik pada fase syngenetic akhir maupun epigenetic (Diessel, 1992). Karbonat syngenetic umumnya terdapat dalam bentuk konkresi speroidal dan sebagai pengisi ronga-rongga fusinite dan semifusinite.

 Siderit yang terbentuk dalam kondisi reduksi dapat dianggap sebagai karbonat primer, sedangkan kalsit dapat terbentuk baik dalam lingkungan air tawar maupun laut (Ranton, 1982). Hadirnya dolomit merupakan indikasi lingkungan pengendapan laut (Stach, 1982).

4.  Sulfida

Pirit dan markasit merupakan mineral sulfida yang paling umum terdapat pada batubara. Ke dua spesies mineral ini memiliki komposisi kimia yang sama (FeS2) hanyan berbeda dalam bentuk kristalnya. Pirit berbentuk kubik dan markasit berbentuk ortorombik.

Mineral ini dapat terbentuk baik secara syngenetik maupun epigenetik dalam berbagai bentuk (Diesel, 1992). Beberapa bentuk mineral pirit yang telah ditemukan dalam batubara adalah sebagai berikut :

  • Kristal pirit berukuran kecil yang terdapat sebagai inklusi dalam vitrinit dan semufusinit dan seringkali berasosiasi dengan pirit framboidal.
  1. Nodul pirit atau markasit dengan ukuran hingga beberapa centimeter yang umumnya terdiri dari kristal-kristal membulat atau memanjang.
  2. Bentuk Fe-Sulfida syngenetic yang paling umum adalah kristal pirit dengan ukuran lebih kecil dari 2 mikron, terdapat dalam bentuk speroidal atau framboidal dan berasosiasi dengan vitrinit.
  3. Tipe konkresi dari kristal kecil bergabung membentuk lensa-lensa pipih atau pita-pita yang menunjukkan presipitasi pirit generasi ke dua yang terjadi selama diagenesa akhir. Hal ini dianggap sebagai peralihan ke pirit epigenetic.
  4. Pirit epigenetic yang terbentuk sebagai material pengisi rekahan, kekar dan celah.

5.  Sulfat

 Mineral sulfat yang paling dominan terdapat pada batubara adalah bassanit dan gypsum. Umumnya mineral ini terbentuk dari hasil oksidasi mineral sulfida (pirit) pada batubara terutama bila berhubungan dengan udara luar dalam waktu lama.

RAHASIA SHOLAWAT

“Sesungguhnya Allah dan para MalaikatNya senantiasa bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang beriman bershalawatlah kepada Nabi dan mohonkan salam baginya.” (QS. 33: 56)

Belajar

Untuk selalu semangat memaknai hidup

Mengenal Geologi dan Bumi

Belajar Ilmu Kebumian Itu Menyenangkan dan Bermanfaat

GoBlog - Just Blog!!

Senangnya bisa berbagi Ilmu dan Informasi